Rabu, 21 Januari 2015

MENJAGA LISAN




“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau (jika tidak bisa lebih baik) diam”
(Mutafaqun  Alaih)

Begitulah peringatan Rasulullah SAW kepada para Sahabat untuk menjaga lisannya. Lisan yang tidak dijaga akan menimbulkan akibat yang sangat berbahaya. menjaga lisan itu tidak mudah, bahkan sangat berat. Begitu beratnya sampai-sampai Rasulullah menjamin surga untuk orang yang bisa menjaga lisannya.

“Barangsiapa yang bisa menjamin kebaikan lisannya dan menjaga kemaluannya, aku akan memberikan jaminan Surga untuknya”
(Mutafaqun ‘Alaih)

Namun faktanya di zaman sekarang baik Muslim yang taat maupun Muslin awam, mereka semua sangat hobi berbicara ngalor-ngidul yang tidak ada manfaatnya bahkan terkadang menggunjingkan aib saudaranya sesama Muslimnya. Mencela seorang Muslim adalah kefasikan, sebagaimana Sabda Nabi Muhammada SAW,

“Mencela seorang Muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran”
 (HR. Muslim)

Meski sudah diperingatkan seperi itu, masih banyak yang tidak peduli dan mengabaikannya. Bahkan kita yang awam pun sering mencela para Ulama yang berbeda pendapat dengan pendapat kita. Mulut kita sering gatal jika tidak menjatuhkan orang yang berseberangan pendapat dengan kita, termasuk Ulama. Seperti dalam masalah penentuan boleh tidaknya mengucapkan natal kepada orang nasrani. Kita begitu mudahnya mencela Ulama yang saling berbeda pendapat itu, Ulama yang membolehkan Muslim mengucapkan natal kita labeli sebagai Ulama liberal sedangkan yang melarang disebut Ulama wahabi. Padahal Islam mengajarkan kita untuk Ukhuwah dan saling bersatu namun ego mengalahkan pengetahuan yang kita miliki.
Menjaga lisan memang tidak mudah. Banyak manusia yang lalai dan terpeleset dalam perkataan. Meski manusia memang tempatnya lupa dan salah, tidak serta merta kemudian kita pasrah dengan berbagai macam kelalaian, termasuk lalai dalam perkataan.
Setiap hari kita pasti berbicara untuk berinteraksi dengan orang lain. Kita harus melakukan reformasi pada cara berbicara kita agar semakin disenangi orang lain dan untuk meminimalisir dosa yang ditimbulkan dari kata-kata kita. Untuk itu saya berikan tips yang mudah-mudah-susah tapi semoga kita bisa mengamalkannya sehingga kita semua bisa menjadi pembicara yang baik.
Here it is :

1.      Berpikirlah sebelum berkata, pikirkan baik buruknya, pikirkan akibatnya. Karena banyak permusuhan dan pertikaian diawali dari perkataan yang tidak dipikirkan terlebih dahulu. Sebagai manusia yang memiliki akal, kita harus menggunakan akal kita untuk berpikir. jangan seperti binatang yang punya otak tapi tidak mau menggunakannya.
2.      Berperanlah sebagai lawan bicara, bayangkan bagaiamana perasaannya ketika kita mengatakan kalimat yang ingin kita ucapkan. Jika kita merasa tersinggung mendengarnya maka kita tidak boleh mengatakannya. Belajarlah untuk membiasakan berempati pada orang lain. Jangan sampai hati kita keras dan apatis pada perasaan orang lain.
3.      Jangam meremehkan orang lain. Biasanya kita berkata-kata sekehendak hati karena posisi dan kedudukan lawan bicara lebih rendah dari pada kita. Jangan berpikir bahwa mereka tidak bisa membalas perkataan kita. Jangan menyulut kebencian dan dendam di hati mereka. Ingatlah bahwa tikus lemah pun akan menggigit singa meski ia tahu takkan bisa mempertahankan hidupnya. Orang yang kita remehkan pun akan melakukan hal-hal yang tidak terpikirkan untuk menyelamatkan harga dirinya. Karena secara psikologi, orang ditekan akan balik menekan untuk mempertahankan diri.
4.      Perkataan buruk dan celaan adalah kedzaliman yang pasti dilunasi di hari kiamat. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW, “orang yang paling rugi adalah orang yang membawa amal ibadahnya yang sangat banyak tapi karena dia mendzalimi saudaranya maka pahala amal ibadahnya diberikan kepada orang yang didzalimi, jika kedzalimanya belum terlunasi maka dosa orang yang didzalimi dibebankan kepadanya kemudian dia dilemparkan ke api neraka”. Jika kita tidak ingin pahala kita diambil oleh orang lain maka jangan pernah mendzalimi orang lain baik dengan perbuatan maupun perkataan.
5.      Perbanyaklah Istighfar agar dosa-dosa kita terkikis habis tanpa sisa. Kesalahan dan dosa adalah fitrah manusia, manusia yang terbaik adalah yang paling sering taubatnya. Maka dengan Istighfar kita bertaubat dari dosa yang diketahui maupun tidak diketahui. Selain itu, mulut jika tidak disibukkan dengan Dzikir maka akan disibukkan dengan perkataan lainnya. untuk menghindari perkataan buruk, perbanyaklah Dzikir seperti Istighfar. 
6.   Minta maaflah jika kita sudah terlanjur berkata buruk atau mencela saudara kita. Jangan gengsi untuk meminta maaf. Tidak ada aturan tentang posisi dan kedudukan untuk minta maaf. Majikan pun wajib meminta maaf kepada budaknya jika ia melakukan kesalahan. Di mata Allah semua manusia adalah sama, yang membedakan adalah kadar ketakwaan masing-masing. Maaf mampu melenyapkan sakit hati dan dendam serta memperbaiki hubungan. dosa kepada Allah jika bertaubat akan diampuni karena Allah Maha Pengampun, tapi dosa kepada manusia meski bertaubat sulit untuk dimaafkan karena manusia tidak memiliki sifat Maha Memaafkan. Maka dari itu segeralah meminta maaf jika kita bersalah agar tidak menjadi dendam.