“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau (jika tidak bisa lebih baik)
diam”
(Mutafaqun ‘Alaih)
Begitulah peringatan Rasulullah SAW kepada para Sahabat untuk menjaga
lisannya. Lisan yang tidak dijaga akan menimbulkan akibat yang sangat
berbahaya. menjaga lisan itu tidak mudah, bahkan sangat berat. Begitu beratnya sampai-sampai Rasulullah menjamin surga untuk
orang yang bisa menjaga lisannya.
“Barangsiapa yang bisa menjamin kebaikan lisannya dan menjaga kemaluannya,
aku akan memberikan jaminan Surga untuknya”
(Mutafaqun ‘Alaih)
Namun faktanya di zaman sekarang baik Muslim yang taat maupun Muslin
awam, mereka semua sangat hobi berbicara ngalor-ngidul yang tidak ada
manfaatnya bahkan terkadang menggunjingkan aib saudaranya sesama Muslimnya.
Mencela seorang Muslim adalah kefasikan, sebagaimana Sabda Nabi Muhammada SAW,
“Mencela seorang Muslim adalah kefasikan
dan membunuhnya adalah kekufuran”
(HR. Muslim)
Meski sudah diperingatkan seperi itu, masih banyak yang tidak peduli dan
mengabaikannya. Bahkan kita yang awam pun sering mencela para Ulama yang
berbeda pendapat dengan pendapat kita. Mulut kita sering gatal jika tidak
menjatuhkan orang yang berseberangan pendapat dengan kita, termasuk Ulama.
Seperti dalam masalah penentuan boleh tidaknya mengucapkan natal kepada orang nasrani. Kita begitu
mudahnya mencela Ulama yang saling berbeda pendapat itu, Ulama yang membolehkan
Muslim mengucapkan natal kita labeli sebagai Ulama liberal sedangkan yang melarang disebut
Ulama wahabi. Padahal Islam mengajarkan kita untuk Ukhuwah dan saling bersatu
namun ego mengalahkan pengetahuan yang kita miliki.
Menjaga lisan memang tidak mudah. Banyak manusia yang lalai dan
terpeleset dalam perkataan. Meski manusia memang tempatnya lupa dan salah,
tidak serta merta kemudian kita pasrah dengan berbagai macam kelalaian,
termasuk lalai dalam perkataan.
Setiap hari kita pasti berbicara untuk berinteraksi dengan orang lain.
Kita harus melakukan reformasi pada cara berbicara kita agar semakin disenangi
orang lain dan untuk meminimalisir dosa yang ditimbulkan dari kata-kata kita. Untuk
itu saya berikan tips yang mudah-mudah-susah tapi semoga kita bisa mengamalkannya
sehingga kita semua bisa menjadi pembicara yang baik.
Here it is :
1. Berpikirlah sebelum berkata, pikirkan baik
buruknya, pikirkan akibatnya. Karena banyak permusuhan dan pertikaian diawali
dari perkataan yang tidak dipikirkan terlebih dahulu. Sebagai manusia yang
memiliki akal, kita harus menggunakan akal kita untuk berpikir. jangan seperti
binatang yang punya otak tapi tidak mau menggunakannya.
2. Berperanlah sebagai lawan bicara, bayangkan
bagaiamana perasaannya ketika kita mengatakan kalimat yang ingin kita ucapkan.
Jika kita merasa tersinggung mendengarnya maka kita tidak boleh mengatakannya.
Belajarlah untuk membiasakan berempati pada orang lain. Jangan sampai hati kita
keras dan apatis pada perasaan orang lain.
3. Jangam meremehkan orang lain. Biasanya kita
berkata-kata sekehendak hati karena posisi dan kedudukan lawan bicara lebih
rendah dari pada kita. Jangan berpikir bahwa mereka tidak bisa membalas
perkataan kita. Jangan menyulut kebencian dan dendam di hati mereka. Ingatlah
bahwa tikus lemah pun akan menggigit singa meski ia tahu takkan bisa
mempertahankan hidupnya. Orang yang kita remehkan pun akan melakukan hal-hal
yang tidak terpikirkan untuk menyelamatkan harga dirinya. Karena secara
psikologi, orang ditekan akan balik menekan untuk mempertahankan diri.
4. Perkataan buruk dan celaan adalah kedzaliman
yang pasti dilunasi di hari kiamat. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW, “orang
yang paling rugi adalah orang yang membawa amal ibadahnya yang sangat banyak
tapi karena dia mendzalimi saudaranya maka pahala amal ibadahnya diberikan
kepada orang yang didzalimi, jika kedzalimanya belum terlunasi maka dosa orang
yang didzalimi dibebankan kepadanya kemudian dia dilemparkan ke api neraka”.
Jika kita tidak ingin pahala kita diambil oleh orang lain maka jangan pernah
mendzalimi orang lain baik dengan perbuatan maupun perkataan.
5. Perbanyaklah Istighfar agar dosa-dosa kita
terkikis habis tanpa sisa. Kesalahan dan dosa adalah fitrah manusia, manusia
yang terbaik adalah yang paling sering taubatnya. Maka dengan Istighfar kita
bertaubat dari dosa yang diketahui maupun tidak diketahui. Selain itu, mulut
jika tidak disibukkan dengan Dzikir maka akan disibukkan dengan perkataan
lainnya. untuk menghindari perkataan buruk, perbanyaklah Dzikir seperti
Istighfar.
6. Minta maaflah jika kita sudah terlanjur berkata buruk atau
mencela saudara kita. Jangan gengsi untuk meminta maaf. Tidak ada aturan tentang posisi
dan kedudukan untuk minta maaf. Majikan pun wajib meminta maaf kepada budaknya
jika ia melakukan kesalahan. Di mata Allah semua manusia adalah sama, yang
membedakan adalah kadar ketakwaan masing-masing. Maaf mampu melenyapkan sakit
hati dan dendam serta memperbaiki hubungan. dosa kepada Allah jika bertaubat akan
diampuni karena Allah Maha Pengampun, tapi dosa kepada manusia meski bertaubat
sulit untuk dimaafkan karena manusia tidak memiliki sifat Maha Memaafkan. Maka
dari itu segeralah meminta maaf jika kita bersalah agar tidak menjadi
dendam.